12 April 2008

DASAR FONDAMENTAL/LANDASAN BIMBINGAN KONSELING dan TUGAS KONSELOR SEKOLAH

Terdapat 4 aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling yaitu ; 1.landasanfilosofis, 2.landasan psikologis, 3.landasan sosial-budaya,4.landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi.

1. Landasan Filosofis

Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling LEBIH DIARAHKAN pada upaya mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu ? .
Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat seperti .(Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut :
• Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
• Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
• Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
• Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
• Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.
• Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
• Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
• Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.
• Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
Dengan memahami hakikat manusia, maka setiap upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat serta harkat kemanusiaan peserta didik, sekaligus tidak akan pula menyimpang dari prinsip-prinsip HAK AZASI MANUSIA.
Seorang konselor dalam berinteraksi dengan klien-nya/konseli-nya harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.

2. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor antara lain : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e) kepribadian.

a. Motif dan Motivasi

Motif dan motivasi berkaitan dengan suatu dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku baik pada motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir, seperti : rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya.
Selanjutnya motif-motif tersebut diaktifkan dan digerakkan,(bisa) dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik, sehingga menjadi bentuk aktivitas perilaku yang mengarah pada suatu tujuan.

b. Pembawaan dan Lingkungan

Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir (hasil dari keturunan melalui sifat menurun yang dibawa oleh GEN/ADN/DNA -Deoxyribo Nucelic Acid), yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan sehingga dapat dioptimalkan. Perwujudan dan optomalisasi pembawaan sangat bergantung/dipengaruhi oleh lingkungan dimana individu itu berada. Dengan demikian penampilan/performace/phenotype (yang ditentukan oleh pembawaan dan lingkungan) dari setiap individu pasti berbeda-beda. Ada individu yang memiliki performace yang tinggi dan ada pula yang sedang atau bahkan rendah. Misalnya dalam kecerdasan, ada yang sangat tinggi (jenius), normal atau bahkan sangat kurang (debil, embisil atau idiot).

Lingkungan merupakan habitat (tempat tinggal dengan seluruh aktivitas kehidupan seseorang). Ada individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya dapat berkembang secara optimal. Namun ada pula individu yang hidup dan berada dalam lingkungan yang kurang kondusif dengan sarana dan prasarana yang serba terbatas, sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya tidak dapat berkembang dengan baik, bahkan menjadi tersia-siakan.

c. Perkembangan Individu

Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi (pembuahan), masa embryo di dalam kandungan (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial.
Beberapa teori tentang perkembangan individu yang dapat dijadikan sebagai rujukan, diantaranya Teori dari:
(1) McCandless tentang pentingnya dorongan biologis dan kultural dalam perkembangan individu ; (2) Freud tentang dorongan seksual; (3) Erickson tentang perkembangan psiko-sosial;(4) Piaget tentang perkembangan kognitif; (5) Kohlberg tentang perkembangan moral;(6) Zunker tentang perkembangan karier; (7) Buhler tentang perkembangan sosial; dan (8) Havighurst tentang tugas-tugas perkembangan individu semenjak masa bayi sampai dengan masa dewasa.
Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek perkembangan individu yang dilayaninya sekaligus dapat melihat arah perkembangan individu itu di masa depan, serta keterkaitannya dengan faktor pembawaan dan lingkungan.

d. Belajar

Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar untuk dapat tetap bertahan hidup, melalui suatu kompetisi terbuka (Natural Selection from Charles Robert Darwin). Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya untuk mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu (explorasi internal. Penguasaan yang baru (pengembangan daya pikir, pengambangan kebiasaan bertingkah laku, serta pengembangan keterampilan) itulah tujuan dan pencapaian belajar dengan aspek kognitif, afektif maupun psikomotor-nya.
Untuk terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat belajar, baik berupa prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau pun hasil belajar sebelumnya, maupun fasilitasi belajar yang bersifat eksternal (di luar diri pebelajar).
Untuk memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar terdapat beberapa teori belajar yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya adalah :
(1) Teori Belajar Behaviorisme; (2) Teori Belajar Kognitif atau Teori Pemrosesan Informasi; (3) Teori Belajar Gestalt. (4) Teori belajar alternatif Konstruktivisme.

e. Kepribadian

Hingga saat ini para ahli tampaknya masih belum menemukan rumusan tentang kepribadian secara bulat dan komprehensif. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport dalam (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) ditemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya ditemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat Gordon W. Allport ;kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri/adaptasi.
Scheneider dalam Syamsu Yusuf (2003) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan”..
Sedangkan yang dimaksud dengan unik adalah kualitas perilaku yang khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, kecerdasan, perilaku, keterampilan yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : Teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, Teori Analitik dari Carl Gustav Jung, Teori Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, Teori Medan dari Kurt Lewin, Teori Psikologi Individual dari Allport, Teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, Teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya.
Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang mencakup :
Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, sedih, atau putus asa.
Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

PENUTUP (TUGAS KONSELOR SEKOLAH)

1. Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling dan dalam upaya memahami dan mengembangkan perilaku individu yang dilayani (klien/konseli) maka seorang konselor harus dapat memahami dan mengembangkan setiap motif dan motivasi yang melatarbelakangi perilaku individu yang dilayaninya (klien/konseli).
2. Seorang konselor harus dapat mengidentifikasi aspek-aspek potensi bawaan dan menjadikannya sebagai modal untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagian hidup kliennya.
3. Seorang konselor sedapat mungkin mampu menyediakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan segenap potensi bawaan klien/konseli-nya.
4. Terkait dengan upaya pengembangan belajar klien, seorang konselor dituntut untuk memahami tentang aspek-aspek dalam belajar serta berbagai teori belajar yang mendasarinya.
5. Berkenaan dengan upaya pengembangan kepribadian klien, seorang konselor kiranya perlu memahami tentang karakteristik dan keunikan kepribadian klien/konseli-nya.

Oleh karena itu, seorang konselor harus benar-benar menguasai landasan psikologis dengan baik, antara lain ; bidang psikologi umum, psikologi perkembangan, psikologi belajar atau psikologi pendidikan dan psikologi kepribadian.

TUGAS MAHASISWA :(MATA KULIAH BK UNTUK JURUSAN BI DAN PAI FTP UIN JAKARTA)
Jawaban TUGAS sudah ditulis di dalam blog mahasiswa paling lambat tanggal 1 Mei 2008

1. Carilah informasi tentang LANDASAN SOSIAL BUDAYA dan LANDASAN IPTEK bagi aktivitas BIMBINGAN KARIER.

2. Jelaskan teori yang harus dikuasai terkait dengan layanan Bimbingan Karier;
a. Teori Belajar BEHAVIORISM
b. Teori Belajar Kognitif (teori Pemrosessan Informasi)
c. Teori Belajar Gestalt
d. Teori Belajar KONSTRUKTIVISM

3. Buatlah suatu instrumen wawancara/daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui;
MOTIF dan MOTIVASI klien/KONSELI/siswa dalam belajar.
POTENSI BAWAAN klien/KONSELI/siswa dalam meraih kesuksessan dan kebahagiaan hidupnya.
PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR klien/KONSELI/siswa.
KEUNIKKAN PRIBADI klien/KONSELI/siswa.

Sumber :utama *
AACE. (2003). Competencies in Assessment and Evaluation for School Counselor. http://aace.ncat.edu
Akhmad Sudrajat.* (2008). Landasan Bimbingan dan konseling, http://akhmad sudrajat.wordpress.com
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. (2007). Penataan Pendidikan Profesional Konselor. Naskah Akademik ABKIN (dalam proses finalisasi).
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. (2005). Standar Kompetensi Konselor Indonesia. Bandung: ABKIN
BSNP dan PUSBANGKURANDIK, Balitbang Diknas. (2006). Panduan Pengembangan Diri: Pedoman untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Draft. Jakarta: BSNP dan PUSBANGKURANDIK, Depsiknas.
Cobia, Debra C. & Henderson, Donna A. (2003). Handbook of School Counseling. New Jersey, Merrill Prentice Hall
Corey, G. (2001). The Art of Integrative Counseling. Belomont, CA: Brooks/Cole.
Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Pendidikan Tinggi. (2003). Dasar Standardisasi Profesionalisasi Konselor. Jakarta: Direktorat Pembinaan .
Engels, D.W dan J.D. Dameron, (Eds). (2005). The Professional Counselor Competencies: Performance Guidelines and Assessment. Alexandria, VA: AACD.

2 komentar:

yuliyanti blogger mengatakan...

Yuli Yanti
Semester 4 B.indonesia UIN
- Motif adalah dorongan atau daya kekuatan dari dalam diri seseorang yang mendorong untuk berbuat atau bertingkah laku dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.sedangkan motivasi adalah sesuatu daya yang menjadi pendorong seseorang bertindak , dimana rumusan motivasi menjadi sebuah kebutuhan nyata dan merupakan muara dari sebuah tindakan. Oleh karena itu, seorang konselor harus bisa menjadi penggerak dari motif yang ada, dimotivasiuntuk menjadi lebih baik dengan memberinya semangat untuk meraih sesuatu yang diinginkan dan dicita-citakan. Sehingga dengan gigih dan tekun klain tersebut akan mengusahakan sesuatu yang diinginkan.
- Setiap klain memiliki potensi yang berbeda-beda. Untuk memperoleh kesuksesan pada potensi tersebut, seorang konselor harus memberikan arahan pada klainnya untuk menggali potensi yang dimiliki untuk mencapai harapan yang diinginkan.
- Seorang konselor harus bisa menyesuaikan suasana dan tempat yang ada pada potensi klainnya dalam mengembangkan potensinya untuk menjadi lebih baik.
- Setiap orang memiliki cara belajar yang berbeda. Oleh karena itu, seorang konselor bisa memberikan arahan pada karakter yang dimiliki dari apa yang ia ketahui dengn mengetahui permasalahan klainnya.
- Seorang konselor harus mengetahui secara utuh sifat-sifat dan kepribadian dan kebiasaan dari potensi yang ia miliki. Dengan begitu konselor bisa memahami dan memberikan arahan pada klainnya.

Yeti budiyarti mengatakan...

Yeti budiyarti.Semester 4.P.bind.berpendapat:
1.Karena motif dan motivasi suatu sikap yang sangat penting untuk diketahui oleh seorang konselor agar dapat memahami dan mengembangkan perilaku individu yang dimiliki oleh kliennya.Karena motif mempunyai arti yaiu suatu dorongan atau daya kekuatan dari dalam diri seseorang yang mendorong dan bersangkutan untuk berbuat atau bertingkah laku dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.Sedangkan motivasi merupakan suatu daya yang menjadi pendorong seseorang bertindak dimana rumusan motivasi menjadi kebutuhan yang nyata dan merupakan muara dari sebuah tindakan.Oleh karena itu, seorang konselor harus memberikan motif dan motivasi terhadap kliennya agar kliennya tersebut mempunyai tujuan untuk melakukan aktivitas-aktivitasnya dan memberikan dorongan, dan meberikan semangat untuk meraih sesuatu yang diinginkannya agar tidak mudah putus asa dan patah semangat dalam meraih cicta-citanya.
2.Menurut Abin Syamsuddin (2003) ada beberapa aspek-aspek potensi bawaan yang dijadikan sebagai modal untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagian hidup kliennya, antara lain:
a.karakter
b.temperamen
c.sikap
d.stabilitas emosi
e.responsibilitas (tanggungjawab)
f.sosiabilitas
3.Seorang konselor harus mampu menyediakan lingkungan yang kondusif dan sesuai dengan kemampuan yang dimilki oleh kliennya, sperti bagi klien yang hidupnya serba kecukupan dan mempunyai sarana dan prasarana yang memadai,makasegenap potensi bawaan yang dimilki kliennya dapat berkembang dengan optimal.Sedangkan bagi klien yang hidupnya serba kecukupan dan memilki sarana dan prasarana serba terbatas, maka segenap potensi bawaan yang dimilkinya tidak dapat berkembang dengan baik dan menjadi sia-sia.
4.Untuk lebih mengembangkan pengembangan belajar terhadap kliennya, maka konselor dituntut memahami bagiamana aspek-aspek teori belajar yang diperlukan oleh kliennya,seperti behaviorisme yang nerupakan suatu teori yang memproses informasi dari gerkan otot-otot yang kemudian diproses ke otak.
5.Bagi konselor sangat perlu memahami karakteristik dan keunikan yang dimilki oleh kliennya agar konselor mengetahui kemampuan, melebihan dan kekurangan yang dimilki oleh kliennya.Dengan mengetahui karakteristik dan keunikan kliennya, maka konselor akan memberikan bimbingannya sesuai dengan kondisi,situasi dan kemampuan kliennya.