30 Maret 2008
PENGALAMAN MUHIBAH (1)
HARI PERTAMA Rabu tanggal 19 Maret 2007.
Menikmati perjalanan ke Kuala Lumpur dengan Emirates Airlines malam hari, apanya yang aneh?.....rasanya memang nggak ada, semuanya berjalan mulus karena layanan penerbangan yang memang profesional. Bisa nonton TV di depan mata (dibalik jok tempat duduk kursi yang ada di depan kita duduk), atau main game untuk mengisi waktu serta membunuh kebosanan karena duduk di dalam pesawat, walaupun kursi di dalam pesawat sudah didesain secara argonomis. Kita juga bisa ikut melihat posisi bawah pesawat yang kita tumpangi saat take-off ataupun landing,karena ada camera di bagian bawah body pesawat. Makanan dan minuman yang dihidangkan, yaaah standar menu "lidah" internasional, bahkan kalau ada yang ingin minum beer atau "beer hitam?" disediakan dan dilayani dengan cara yang sangat ramah serta menyenangkan. Saya saat itu cukup meminta air putih saja, dan jawaban pramugari (sambil bereaksi agak aneh,karena dilayani yang enak-enak kok mintanya cuman air putih)dengan suara lembut sang parmugari berkata "air putih sudah ada di hadapan anda, langsung saja dinikmati dan kami akan melayani anda sekiranya ada permintaan lain yang dapat kami berikan atau kami sediakan".
Memang ada yang aneh?. Anehnya dimana?. Emirates Airlines adalah salah satu maskapai penerbangan internasional yang memang "perfect" mengutamakan kepuasan pelanggannya (Customer satisfaction) melalui standar mutu "global". Semula saya mengira para pramugarinya pastilah orang-orang timur tengah,atau setidaknya wanita muslim yang berjilbab, dan hal itu memang terbukti saat saya mulai memasuki pesawat dan kemudian duduk sambil menunggu pesawat "take off".
Naah, setelah pesawat mengudara dan para crew pesawat mulai bersiap-siap melayani penumpang, topi dan kerudung tipis yang semula menutupi sebagian wajah ditanggalkan/dilepas sudah (secara pribadi sebenarnya saya kecewa, karena kecantikan dan keindahan busana bertopi dan berkerudung tipis telah hilang, walau untuk sementara) . Ternyata para pramugari yang bekerja secara cekatan (cepat, tepat dan trengginas) itu tidak hanya wanita-wanita timur tengah, karena ada yang wanita bule, wanita turunan India, bahkan adapula yang turunan China.
Pekerjaan pelayanan yang dilakukan secara rapi sambil terus mengumbar senyum, memang hanya dapat dilakukan melalui pelatihan atau pendidikan secara profesional, dan yang penting bukan hanya ketrampilan(psikomotor) serta kognisi(kecerdasan intelektual)nya saja yang baik, akan tetapi sikap mental/karakter/komitmen(afeksi)-nya juga harus baik.
Itulah hasil nyata proses pelatihan/pendidikan yang profesional, berstandar mutu internasional, karena saya tidak melihat satu penumpangpun yang mengeluh,apalagi cemberut karena layanan pramugari yang (maaf saya menyebutkannya) "cuek bebek" seperti pada perjalanan dengan maskapai penerbangan "LOW COST INDONESIA".
Saya jadi teringat dengan pengalaman layanan maskapai penerbangan "LOW COST INDONESIA" yang menyebalkan, saat secara mendadak saya harus pergi dengan dari Bandara Soekarno-Hatta dan mencari tiket langsung (Go-Show)di depan loket resmi. Ternyata saya dibawa langsung melalui calo masuk ke loket boarding (di bagian dalam) dan disitulah saya harus mengikuti lelang tawar menawar tiket dengan calon penumpang lain yang juga akan terbang ke jurusan yang sama (Solo). Walhasil tawaran tertinggi dan berhasil memperoleh tiket terbang adalah seorang penumpang pria berdasi, pakai peci, bawa tas tenteng yang keren (dalam hati saya berpikir waaah orang ini mesti pengusaha kaya yang sedang menjalankan bisnisnya), dan untuk itu saya perlu menghampirinya dan megucapkan "selamat".
Betapa terkejutnya saya, ternyata pemenang lelang tiket pesawat ke Solo tersebut adalah teman kuliah di S3, yang sedang menjalani tugas ke daerah. Dengan tersipu malu teman tadi cepat-cepat meninggalkan pembicaraan sambil "say hello".
Bagaimana ceritanya tiket pesawat terbang kok dilelang saat jadwal waktu penerbangan sudah masuk, dan tentunya pesawat baru akan diterbangkan setelah hasil lelang tiket diputuskan. Betapa murahnya harga penundaan jadwal penerbangan yang hanya setara dengan harga lelang satu buah tiket perjalanan Jakarta ke Solo???, dan hal ini konon masih terus berlangsung hingga saat ini!!!,edan tenan. Pantaslah kalau ada berita di media TV yang mewartakan adanya seluruh penumpang yang geram, marah bahkan seolah tak percaya lagi dengan janji-janji penundaan pemberangkatan pesawat terbang, sehingga mogok untuk tetap duduk di dalam pesawat sampai tiba saatnya diterbangkan kembali. Itulah bedanya hasil pendidikan/pelatihan pelayanan yang berkualitas tinggi dan berintegritas tinggi dengan pendidikan/pelatihan pelayanan yang ala kadarnya (daripada tidak di didik/dilatih).
Semestinya tiket "LOW COST" maskapai penerbangan apapun tetap harus menjamin kualitas layanan yang memuaskan, namun para pengelola maskapai penerbangan tertentu mungkin sudah ada yang berkilah dengan mencari pembenaran (ala tukang becak), "sudah bayarnya murah minta selamat lagi, mana ada" .
Haaah?.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar