17 Mei 2008
PENDIDIKAN BERBASIS ICT SEKOLAH MASA DEPAN
Tahun lalu (Mei 2007), saat diminta menjadi moderator pada Seminar Upaya Peningkatan Mutu Sekolah Bertaraf Internasional di Balai Kartini Jakarta, Saya sudah mengingatkan teman-teman pelakon pendidikan internasional di Jakarta, bahwa Singapura tidak tinggal diam setelah banyak calon siswa mereka yang berasal dari Indonesia beralih ke program pendidikan bertaraf internasional di dalam negeri.
Salah satu upaya Singapura waktu itu adalah meninggalkan standar mutu internasional "CAMBRIDGE" yang digunakan oleh sekolah-sekolah kita di dalam negeri, dengan standar baru Singapura yang di desain memiliki keunggulan di atas standar CAMBRIDGE.
Dan seperti biasa reaksi teman-teman peserta seminar dan pelakon Sekolah Internasional yang hadir ternyata "tidak bereaksi, bahkan nyaris EGP (Emang Gua Pikirin), atau lebih pantas ditulis disini sebagai omongan orang aneh". Bagi saya perlakuan seperti itu sudah menjadi kebiasaan, karena seringnya pikiran saya dianggap aneh-aneh dan tidak atau sulit untuk dipahami.
Sebagai contoh adalah ceramah saya di Aula Masjid Dinas Dikmenti Provinsi DKI Jakarta tahun 2005, dihadapan para Kepala-kepala SMA Negeri se Jakarta, saya mengungkapkan perkembangan ekonomi yang spektakuler dari China dan India sebagai dampak positif kontribusi pembangunan sektor pendidikan yang juga sangat maju. Saat itu tidak satupun seorang peserta seminar/ceramah yang tertarik untuk menanggapinya, bahkan ada yang bergumam apa hubungannya tugas Kepala Sekolah dengan kemajuan ekonomi dan pendidikan China dan India?.
Dan hari ini, 19 Mei 2009 media MetroTV menggelar diskusi ekonomi makro yang bertajuk "Menanti Kebangkitan Ekonomi" dalam bingkai acara ECONOMIC CHALLENGES yang dipandu oleh Desi Anwar, dengan topik utama mengejar ketertinggalan dari China, India, Brasil dan Rusia..
Sungguh saya memang harus lebih banyak lagi belajar..."bersabar"...untuk menunggu, atau memang apa yang ada di benak saya saat itu salah tempat dan salah waktu.
Hari ( Sabtu, 17 Mei 2008) saya memperoleh informasi Koran SINDO yang merilisnya dari salah satu Media Corp Singapura yaitu surat kabar ToDAY (www.todayonline.com) tentang SEKOLAH MASA DEPAN di SINGAPURA yang sudah pernah saya dengar dan ketahui sejak tahun 2005 melalui seorang pembicara tamu dari Singapura (Pak Chong) dengan informasinya tentang IDE CENTRE sebagai induk dari Technoprenership yang sedang berkembang saat itu.
SEKOLAH MASA DEPAN yang sedang digarap di Singapura, merupakan sekolah yang berbasis ICT (Information Communication and Technologi) secara riil. Artinya seorang pembelajar akan terfasilitasi kebutuhan belajarnya dengan sarana ICT yang ada, seperti halnya berkomunikasi langsung via internet dengan pakar sains biologi saat sang pembelajar berada di Kebun Binatang sambil secara aktif melaporkan aktivitas pengamatannya melalui note-book komputer yang ada di tangannya, sementara pembelajar yang berhalangan hadir mengikuti studi ekskursie di lapangan, dapat menggunakan fasilitas ICT sehingga seolah-oleh dirinya juga sedang berada di hutan atau kebun binatang sebagai "habitat" dari objek biologi yang dipelajari.Ruang Kelas disini bisa secara mendadak berubah menjadi "hutan virtual" sehingga siswa dapat meneliti spesies yang tidak pernah mereka temukan di dalam lingkungan rumah mereka, serta mendiskusikannya (via internet) bahkan dengan para ahli klasifikasi hewan maupun tumbuhan sekalipun. Inilah yang disebut dengan Kelas Empat Dimensi dari Sekolah Masa Depan. Kelas yang mampu memfasilitasi praktikum kimia, tanpa bahan kimia dan tanpa takut terjadi kerusakan atau ledakkan sebagai akibat kesalahan reaksi, karena dilakukan secara "maya" melalui tangan-tangan yang aktif memegang "gambar/bayangan" peralatan kimia (tabung reaki, pipet, corong, erlen meyer, statif, pipa ukur), lengkap dengan perubahan warna hasil reaksi serta simulasi asap serta bau yang ditimbulkannya.
Laboratorium yang didukung oleh solusi teknologi bagi berlangsungnya PEMBELAJARAN KREATIF memang didesain sebagai laboratorium dengan fungsi multi-sensor disertai fasilitas ICT yang dapat meniru berbagai macam lingkugan yang dibutuhkan pembelajar, sudah dapat dinikmati oleh para siswa mulai akhir tahun 2008 ini. Tak kurang dari 4 Konsorsium Internasional melibatkan diri ke dalam mega proyek spektakuler ini seperti Hewlett-Packard dari Inggris, Sing Tel, ST Technologies dan CIVICA, dengan biaya tak kurang dari $ 80 juta Singapura.
Proyek ini sedang dipersiapkan di 5 Future School yaitu Beacon Primary, Canbera Primary, Cresent Girl's School, Hwa Chong Institution dan Jurong Secondary, termasuk pelatihan bagi para Guru yang akan siap melayani proses pembelajaran secara profesional.
Salah satu pejabat pada Kementerian Pendidikan Singapura, DR.Koh Thiam Seng mengatakan "ICT akan menghapuskan kendala sekat 4 sisi dinding kelas di sekolah dengan peluang pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar siswa melalui fasilitasi secara utuh" (holistic).
Sebelum tahun 2005, saya pernah meminta kepada pihak-pihak di sekolah untuk berani melakukan perubahan layanan laboratorium konvensional IPA dengan "VIRTUAL LAB" melalui ruang audio visual dengan bermodalkan hard-ware in-focus dan PC Computer dan soft-ware praktikum IPA di sekolah.
Kelebihan virtual lab antar lain keleluasaan manipulasi serta keamanan bekerja serta murahnya biaya yang terbebas dari bahan kimia (yang sangat mahal harganya).
Salah satu kelemahannya adalah rendahnya aktivitas kinestikal yang didominasi oleh penggunaan jari-jari di atas keyboard komputer, namun sekarang sudah dapat tereduksi dengan aktivitas maya model "touchscreen" pada gambar/bayangan objek benda yang dipegang atau digerakkan.
Kalau saat ini ratio penggunaan komputer di sekolah kita baru pada posisi 1:20.000 maka dalam waktu singkat kita berupaya merubahnya (secara spektakuler??) menjadi 1:20, walaupun salah satu negara miskin di Afrika seperti Nigeria dan Rwanda, sudah memulai dengan proyek ONE LAP-TOP PER CHILD (OLPC).
OLPC(satu laptop untuk setiap anak)atau The Children's Machine atau XO-1 atau Laptop $100 adalah sebuah program penyediaan laptop dengan harga terjangkau untuk anak-anak di seluruh dunia, khususnya anak-anak di negara berkembang, dengan harapan bahwa mereka dapat mengakses pengetahuan dan pendidikan modern melalui ICT, sehingga tidak terjadi KESENJANGAN DIGITAL.
Dikemudian hari OLPC menjadi nama dari sebuah organisasi nirlaba yang dibentuk oleh anggota MIT Media Lab. Organisasi ini bertugas mendesain , membuat dan mendistribusikan laptop yang dimaksud. Program ini diprakarsai oleh Nicholas Negroponte.
Laptopnya sendiri berupa komputer mini yang membutuhkan tenaga sangat minim, menggunakan flash memory menggantikan hardisk, serta menggunakan linux sebagai sistem operasinya basicnya. Dalam perkembangan terakhir, Produsen software terbesar di dunia Microsoft Corp telah memodifikasi sistem operasi Windows XP sehingga dapat dijalankan pada laptopXO buatan yayasan OLPC(semula laptop XO hanya dioperasikan dengan sistem open source SUGAR yang berbasis LINUX dengan alasan biaya/harga)
LaptopXO dilengkapi dengan Mobile ad-hoc networking yang akan digunakan untuk memungkinkan beberapa laptop dapat mengakses internet secara bersama-sama dari satu akses internet saja.
LaptopXO OLPC ini akan dijual kepada pemerintah-pemerintah negara berkembang yang berminat (namun ternyata AS juga memesannya) yang kemudian akan dibagikan secara cuma-cuma kepada setiap anak di sekolah.
Harga awal diharapkan berkisar US$135-140 (sekitar Rp 1.200.000,- dengan kurs Rp 9000/US$ 1) dan ditargetkan bisa mencapai US$100 (sekitar Rp 900.000,- dengan kurs Rp 9000/US$ 1) pada tahun 2008.
Pada Februari 2007, Quanta Computer, sebagai kontraktor pembuat proyek mengatakan bahwa mereka sudah mengkonfirmasi pesanan untuk satu juta unit di beberapa negara pemesan. bahkan mereka mengindikasikan bisa mengirim lima juta hingga 10 juta unit dalam waktu 1 tahun karena tujuh negara sudah berkomitmen untuk membeli XO-1 untuk anak-anak sekolahnya.
Negara-negara itu adalah Argentina, Brazil, Libya, Nigeria, Rwanda, Thailand dan Uruguay. Namun pemerintahan junta militer Thailand membatalkan partisipasi negaranya . setelah mereka mengambil alih kekuasaan melalui kudeta militer pada tahun 2006.
Tahun 2008 pesanan laptopXO berkembang menjadi lebih luas, mencakup negara-negara seperti :
Argentina ,Brazil ,Kamboja ,Costa Rica ,Republik Dominika ,Mesir ,Libya ,Nigeria Pakistan ,Rwanda ,Tunisia Amerika Serikat (terutama negara bagian Massachusetts dan Maine) dan Uruguay.
Karena proyek OLPC menggunakan prosesor Geode buatan AMD, maka Intel memutuskan untuk menciptakan Classmate PC yang mengusung prosesor Celeron sebagai kompetitornya. Prototipe laptop ini menggunakan layar LCD berukuran 7 inci.
Classmate PC berbeda dengan OLPC. Classmate menyertakan modul TPM (Trusted Platform Module) dari Infineon Technologies yang memungkinkan pemasangan sistem operasi Windows XP Embedded dari Microsoft. Di sinilah letak perbedaan tujuan kedua proyek besar itu. Proyek Classmate dimaksudkan untuk menyediakan teknologi paten tanpa kompromi yang dapat digunakan untuk memasuki lingkungan komputasi lebih tinggi (kebanyakan berbasis Windows, sedangkan OLPC bertujuan memperkenalkan anak-anak kepada sebuah lingkungan perangkat lunak open-source yang gratis dan bisa dimodifikasi sendiri sesuka hati mereka).
Intel memgumumkan bahwa mereka sedang mendiskusikan nota kesepahaman dengan pemerintah Meksiko untuk menyuplai 300.000 laptop. Seakan tidak mau kalah, pemerintah Brazil juga sedang mempertimbangkan pembelian Classmate PC atau OLPC. Pemerintah Brazil menegaskan bahwa mereka akan tetap menggunakan sistem operasi berbasis Linux, tidak peduli laptop apa yang akhirnya dipilih. Intel juga sudah memastikan akan mengirim laptop ini dengan bundel sistem operasi Mandriva Linux
Lalu kapan Indonesia melibatkan diri dalam program tersebut, mengingat sekolah masa depan kita juga tak akan mungkin menghindar dari ICT?.
Terserah bagaimana kita mensikapinya, apakah tetap terdiam dan terpaku karena ketidak fahaman, atau memang sudah menjadi hobby menurun yang lebih senang menonton saja, dari jauuuuh pula.
Ya Ampuuuuuun.....geregatan sendiri aku!!!!!
sumber utama: SINDO dan Wikipedia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Menurut saya memang benar masa depan kita tak mungkin dapat menghindar dari ICT,seharusnya pendidikan bangsa kita harus lebih maju daripada bangsa-bangsa lain,kita jangan sampai ketinggalan dengan bangsa yang sudah maju.
Pendidikan bangsa kita tentang ICT memang sangat rendah dan ketinggalan jauh. sepertinya hanya dengan keterbatasan kita menjadi sebuah alasan, dan akhirnya hal yang besar tersebut menjadi diabaikan.
Saya juga sebenarnya termasuk anak yang gaptek karena ya tau sendirilah sekolah saya dikampung lab komputer juga dapat saya nikmati seminggu sekali itupun hanya dapat 2 jam setelah itu gantian sama kekas lain,jadi bagaimana mau maju masalah tentang komputer aja nunggu giliran seprti itu. Jadi jangan salahkan kami bila kami maenjadi gaptek...
BAPSI,Sanata Dharma University Yogyakarta
Pemerintah telah menyelesaikan penyusunan cetak biru (blue print) pendidikan baik dasar dan menengah berbasis teknologi komunikasi dan informasi (ICT) sebagai landasan peningkatan pendidikan di sekolah.
Menteri Negara Komunikasi dan Informasi Sofyan A. Djalil mengatakan penyusunan cetak baru tersebut akan mencakup masalah-masalah yang menyangkut kebijakan nasional di bidang ICT serta pendidikan yang cukup kompleks.
"Melihat perannya yang sangat penting, program itu dapat diusulkan menjadi bagian dari program aksi 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu secara bersama baik Kementerian Kominfo, Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama," katanya pada penyerahan kerangka cetak biru ICT untuk pendidikan kepada Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama yang disampaikan Sekretaris MenKominfo JB Kristiadi, kemarin.
Menurut Menteri Kominfo, pendayagunaan ICT untuk pendidikan telah menjadi pilihan di banyak negara. ICT telah menjadi solusi dalam peningkatan efisiensi penyampaian materi pelajaran.
Sofyan memaparkan berdasarkan berbagai penelitian proses belajar mengajar dengan bantuan alat peraga telah berhasil meningkatkan efisiensi belajar sebesar 47%."Dengan dukungan ICT, maka bisa meningkatkan efisiensi sebesar 93%."
Dia menambahkan produk bahan belajar berbasis ICT dewasa ini masih terbatas. Pusat teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan telah aktif memproduksi bahan belajar, namun jika dibandingkan kebutuhan yang ada masih perlu ditingkatkan.
Oleh karena itu, tambah Sofyan, diperlukan dukungan berbagai pihak untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya upaya memproduksi bahan belajar berbasis ICT. "Dalam kaitan ini, upaya meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan bahan belajar berbasis ICT merupakan salah satu alternatif," ujarnya.
Pembuatan bahan belajar berbasis ICT, lanjut Menkominfo, memerlukan keahlian tersendiri sebagai pengembang aplikasi di bidang media pembelajaran. Menurut Sofyan, jika hal tersebut bisa dilakukan maka produk bahan belajar yang dihasilkan akan lebih sesuai dengan kebutuhan pengajaran.
Aplikasi pendukung
Berdasarkan data di Ditjen Pendidikan Dasar Kejuruan (Dikmenjur), saat ini terdapat berbagai aplikasi yang mendukung sistem pembelajaran di sekolah dasar menengah seperti Informasi Sekolah (JIS) antar SMK, Wide Area Network (WAN), ICT Centerdan Local Area Network (LAN).
JIS, menurut data tersebut, telah diimplementasikan pada 137 kabupaten dari target semula sejumlah 400 kabupaten. Sedangkan untuk WAN, Dikmenjur menargetkan sejumlah 400 sekolah namun baru diimplementasikan pada 30 sekolah.
Pemerintah telah membetuk ICT Center di 70 sekolah dari target 400 sekolah, sementara implementasi LAN telah dilakukan di 625 sekolah dari target 3.000 sekolah.
Udi Rusadi, Asisten Deputi Urusan Standarisasi dan Akreditasi Kem. Kominfo, mengatakan cetak biru pendidikan nasional memberikan arahan mengenai pendayagunaan ICT untuk pendidikan menengah kejuruan, membentuk arsitektur sekolah modern dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten. "Implementasi cetak biru pendidikan dasar mengah diharapkan akan dimulai pada akhir tahun ini,"tuturnya.
Menkominfo menambahkan dunia usaha diharapkan mendukung implementasi ICT di sekolah dasar menengah dengan memproduksi bahan belajar berbasis ICT. Partisipasi dunia usaha, lanjut dia, akan ikut serta menyumbang upaya pencerdasan bangsa sekaligus menciptakan pasar di bidang ICT. (Bisnis Indonesia.
Demikianlah komemtar dari daya...
Posting Komentar