30 Maret 2008

PENGALAMAN MUHIBAH (1)


HARI PERTAMA Rabu tanggal 19 Maret 2007.
Menikmati perjalanan ke Kuala Lumpur dengan Emirates Airlines malam hari, apanya yang aneh?.....rasanya memang nggak ada, semuanya berjalan mulus karena layanan penerbangan yang memang profesional. Bisa nonton TV di depan mata (dibalik jok tempat duduk kursi yang ada di depan kita duduk), atau main game untuk mengisi waktu serta membunuh kebosanan karena duduk di dalam pesawat, walaupun kursi di dalam pesawat sudah didesain secara argonomis. Kita juga bisa ikut melihat posisi bawah pesawat yang kita tumpangi saat take-off ataupun landing,karena ada camera di bagian bawah body pesawat. Makanan dan minuman yang dihidangkan, yaaah standar menu "lidah" internasional, bahkan kalau ada yang ingin minum beer atau "beer hitam?" disediakan dan dilayani dengan cara yang sangat ramah serta menyenangkan. Saya saat itu cukup meminta air putih saja, dan jawaban pramugari (sambil bereaksi agak aneh,karena dilayani yang enak-enak kok mintanya cuman air putih)dengan suara lembut sang parmugari berkata "air putih sudah ada di hadapan anda, langsung saja dinikmati dan kami akan melayani anda sekiranya ada permintaan lain yang dapat kami berikan atau kami sediakan".
Memang ada yang aneh?. Anehnya dimana?. Emirates Airlines adalah salah satu maskapai penerbangan internasional yang memang "perfect" mengutamakan kepuasan pelanggannya (Customer satisfaction) melalui standar mutu "global". Semula saya mengira para pramugarinya pastilah orang-orang timur tengah,atau setidaknya wanita muslim yang berjilbab, dan hal itu memang terbukti saat saya mulai memasuki pesawat dan kemudian duduk sambil menunggu pesawat "take off".
Naah, setelah pesawat mengudara dan para crew pesawat mulai bersiap-siap melayani penumpang, topi dan kerudung tipis yang semula menutupi sebagian wajah ditanggalkan/dilepas sudah (secara pribadi sebenarnya saya kecewa, karena kecantikan dan keindahan busana bertopi dan berkerudung tipis telah hilang, walau untuk sementara) . Ternyata para pramugari yang bekerja secara cekatan (cepat, tepat dan trengginas) itu tidak hanya wanita-wanita timur tengah, karena ada yang wanita bule, wanita turunan India, bahkan adapula yang turunan China.
Pekerjaan pelayanan yang dilakukan secara rapi sambil terus mengumbar senyum, memang hanya dapat dilakukan melalui pelatihan atau pendidikan secara profesional, dan yang penting bukan hanya ketrampilan(psikomotor) serta kognisi(kecerdasan intelektual)nya saja yang baik, akan tetapi sikap mental/karakter/komitmen(afeksi)-nya juga harus baik.
Itulah hasil nyata proses pelatihan/pendidikan yang profesional, berstandar mutu internasional, karena saya tidak melihat satu penumpangpun yang mengeluh,apalagi cemberut karena layanan pramugari yang (maaf saya menyebutkannya) "cuek bebek" seperti pada perjalanan dengan maskapai penerbangan "LOW COST INDONESIA".
Saya jadi teringat dengan pengalaman layanan maskapai penerbangan "LOW COST INDONESIA" yang menyebalkan, saat secara mendadak saya harus pergi dengan dari Bandara Soekarno-Hatta dan mencari tiket langsung (Go-Show)di depan loket resmi. Ternyata saya dibawa langsung melalui calo masuk ke loket boarding (di bagian dalam) dan disitulah saya harus mengikuti lelang tawar menawar tiket dengan calon penumpang lain yang juga akan terbang ke jurusan yang sama (Solo). Walhasil tawaran tertinggi dan berhasil memperoleh tiket terbang adalah seorang penumpang pria berdasi, pakai peci, bawa tas tenteng yang keren (dalam hati saya berpikir waaah orang ini mesti pengusaha kaya yang sedang menjalankan bisnisnya), dan untuk itu saya perlu menghampirinya dan megucapkan "selamat".
Betapa terkejutnya saya, ternyata pemenang lelang tiket pesawat ke Solo tersebut adalah teman kuliah di S3, yang sedang menjalani tugas ke daerah. Dengan tersipu malu teman tadi cepat-cepat meninggalkan pembicaraan sambil "say hello".
Bagaimana ceritanya tiket pesawat terbang kok dilelang saat jadwal waktu penerbangan sudah masuk, dan tentunya pesawat baru akan diterbangkan setelah hasil lelang tiket diputuskan. Betapa murahnya harga penundaan jadwal penerbangan yang hanya setara dengan harga lelang satu buah tiket perjalanan Jakarta ke Solo???, dan hal ini konon masih terus berlangsung hingga saat ini!!!,edan tenan. Pantaslah kalau ada berita di media TV yang mewartakan adanya seluruh penumpang yang geram, marah bahkan seolah tak percaya lagi dengan janji-janji penundaan pemberangkatan pesawat terbang, sehingga mogok untuk tetap duduk di dalam pesawat sampai tiba saatnya diterbangkan kembali. Itulah bedanya hasil pendidikan/pelatihan pelayanan yang berkualitas tinggi dan berintegritas tinggi dengan pendidikan/pelatihan pelayanan yang ala kadarnya (daripada tidak di didik/dilatih).
Semestinya tiket "LOW COST" maskapai penerbangan apapun tetap harus menjamin kualitas layanan yang memuaskan, namun para pengelola maskapai penerbangan tertentu mungkin sudah ada yang berkilah dengan mencari pembenaran (ala tukang becak), "sudah bayarnya murah minta selamat lagi, mana ada" .
Haaah?.

25 Maret 2008

PERKEMBANGAN KOGNITIF


Menurut PIAGET Perkembangan KOGNITIF ANAK dikelompokkan dalam 4 tahapan:
1. Sensori Motor (usia 0-2 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak.
Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya.
Dalam usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah 'menangis'.
Menyampaikan cerita/berita Injil pada anak usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak (panggung boneka akan sangat membantu).

2. Pra-operasional (usia 2-7 tahun)
Pada usia ini anak menjadi 'egosentris', sehingga berkesan 'pelit', karena ia tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga memiliki kecenderungan untuk meniru orang di sekelilingnya. Meskipun pada saat berusia 6-7 tahun mereka sudah mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematis - rumit.
Dalam menyampaikan cerita harus ada alat peraga.

3. Operasional Kongkrit (usia 7-11 tahun)Saat ini anak mulai meninggalkan 'egosentris'-nya dan dapat bermain dalam kelompok dengan aturan kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat dimotivasi dan mengerti hal-hal yang sistematis.
Namun dalam menyampaikan berita Injil harus diperhatikan penggunaan bahasa.
Misalnya: Analogi 'hidup kekal' - diangkat menjadi anak-anak Tuhan dengan konsep keluarga yang mampu mereka pahami.

4. Operasional Formal (usia 11 tahun ke atas)Pengajaran pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena mereka sudah mengerti konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak, sehingga tidak perlu menggunakan alat peraga.

Ada kesulitan baru yang dihadapi guru saat memfasilitasi peserta didik, sehingga guru harus menyediakan waktu lebih banyak agar dapat memahami terjadinya perubahan dalam proses perkembangan yang sedang dihadapi peserta didik, terutama ketika memasuki usia pubertas.
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.


Mengapa para pelajar itu begitu sering tawuran, seakan-akan mereka sudah tidak memiliki akal sehat, dan tidak bisa berpikir mana yang berguna dan mana yang tidak ? Mengapa pula para remaja banyak yang terlibat narkoba dan seks bebas ? Apa yang salah dari semua ini?

Remaja adalah mereka yang berusia antara 12 - 21 tahun, yang akan mengalami periode perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut :
Masa Pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
Dan periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)

Masa pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja. Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ- organ seksual serta organ-organ reproduksi remaja.

Pada fase Remaja, terjadi perkembangan intelektual yang sangat pesat, sehingga seringkali remaja-remaja ini cenderung bersikap suka mengkritik (karena merasa tahu segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun pembantahan terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang dianggapnya baik, serta menjadikannya sebagai "hero" atau pujaannya. Perilaku ini akan diikuti dengan meniru segala yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model rambut, gaya bicara, sampai dengan kebiasaan hidup pujaan tersebut.Ekspresi ini menunjukkan pula terjadinya proses erosi percaya diri, namun bisa pula terjadi perkembangan positif seperti meningkatnya rasa percaya diri.

Selain itu, pada masa ini remaja juga cenderung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi oleh orang tua sebagai pembangkangan. Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil lagi. Mereka lebih senang bergaul dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya. Mereka juga semakin berani menentang tradisi orang tua yang dianggapnya kuno dan tidak/kurang berguna, maupun peraturan-peraturan yang menurut mereka tidak beralasan, seperti tidak boleh mampir ke tempat lain selepas sekolah, dan sebagainya. Mereka akan semakin kehilangan minat untuk bergabung dalam kelompok sosial yang formal, dan cenderung bergabung dengan teman-teman pilihannya. Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat teman karibnya daripada bersama keluarga berkunjung ke rumah saudara.

Tapi, pada saat yang sama, mereka juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu siap sedia dari orang tuanya, jika mereka tidak mampu menjelmakan keinginannya. Pada saat ini adalah saat yang kritis. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan psikisnya untuk mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya dari orang lain. Orang tua harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja, meskipun bagi orang tua itu merupakan masalah sepele, tetapi bagi remaja itu adalah masalah yang sangat-sangat berat.

Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pris ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal pengenalan diri/gender dan seksualitasnya akan terganggu. Kasus-kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini.

Di samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual. Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan seksualitasnya, remaja sukar diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap kasar, kadang lembut. Kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial remaja di masa ini semakin kuat, dan mereka bergabung dengan kelompok yang disukainya dan membuat peraturan-peraturan dengan pikirannya sendiri.

Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga karena tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat singkat. Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat daripada remaja pria, sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya. Namun kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.

Periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.

Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungan, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, dan sebagainya.

Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya.

Para pembimbing Remaja dan Guru, diharapkan memahami masalah perkembangan remaja secara utuh, sehingga mampu memberikan bantuan yang sekaligus berperan sebagai solusi bagi masalah yang sedang dihadapinya.

sumber :
http://edukasipress.wordpress.com/
http://intanfw313.blogspot.com/
http://darsanas.multiply.com/
A Pitaloka, M.Psi

17 Maret 2008

ALAMAT BLOG WARGA II B Bahasa indonesia UIN JAKARTA 2008

No Nama ...........Alamat Blog
1 Durrah Nafisah http://www.vivi130689.blogspot.com/
2 Hendri Pradiyanto http://www.hendrinizar.blogspot.com/
3 Husen Mubarok Husen.mubarok.blogspot.com
4 Khaerul Anwar Kaerulanwar66.blogspot.com
5 Yuyun Lisa K Yuyun-lisa.blogspot.com
6 Halimatus Saadiyah Halim220289.blogspot.com
7 Inayah Setiani Iin-uin.blogspot.com
8 Almuttaqin Almuttaqin-uinjkt-bi-2b.blogspot.com
9 M Alimudin Alimudintegal.blogspot.com
10 Fahmi Aminudin Amie-milanisti.blogspot.com
11 Johan Aristya Johanaink.blogspot.com
12 Iin Rofina Danti Duantie.blogspot.com
13 Nubzatun Saniyah Niadza.blogspot.com
14 Intan Puspita Intan-pus.blogspot.com
15 Siti Aminah Aminah_uinjkt.blogspot.com
16 Chairunnisa Nchairunnisa-chairunnisa.blogspot.com
17 Lieza Yanti Lieza-luchuwz.blogspot.com
18 Putri Agustina Putry-lasso.blogspot.com
19 Anung Adhy Anungadhy.blogspot.com
20 Resi Ayu Yusya-resiayu.blogspot.com
21 Lilis Suryani Nulty-chubby.blogspot.com
22 Siti Markhamah Markhamahs.blogspot.com
23 Fatma Sari Aeynu.blogspot.com
24 Siti Amaliyah Amel_sasa.blogspot.com
25 Yuyun Khoirunnisa Nyuem.blogspot.com
26 Antique Antique-pasya.blogspot.com
27 Rudi Sopiyadi Rudisopiyadi.blogspot.com
28 Fikri Abu Hakim Fikriabuhakim.blogspot.com
29 Sandi Nugraha Sandindi.blogspot.com
30 Eti Kurniati Igeys.multiply.com
31 Irma Sofrawirawati Irmahenboy.blogspot.com
32 Dewi Handayani Wie-stroberri.blogspot.com
33 Gita Desi Gdl-imoet.blogspot.com
34 Fajar Fitri Fitri190688.blogspot.com
35 Nurul Syaefitri HTTP://Nurulsyaefitri.blogspot.com
36 Mirna Ferdiyawati HTTP://Mirnaferdiyawati-uin-bi-2b.blogspot.com
37 - -

PENDIDIKAN YANG BERMUTU TINGGI BAGI ANAK BANGSA, SECARA BERKEADILAN


Saat Ibu Megawati menjabat Presiden, pernah berkunjung ke SMA Negeri 13 Jakarta, untuk melihat langsung aktivitas salah satu sekolah plus tingkat kotamadya yang berada di Jakarta Utara.
Ada salah satu statemen beliau yang sangat menarik menyangkut fenomena pemerataan pendidikan dan pendidikan yang bermutu (tinggi), dan langsung saya diskusikan dengan teman sekaligus tetangga lama saya yaitu Pak Yacob Nuwawea, yang kebetulan mendampingi Ibu Presiden Megawati dalam kunjungan tersebut. Saya berkata dengan teman lama saya “Begini pak Yacob, kalau pendidikan gratis untuk semua, itu ada beberapa permasalahan yang perlu diklarifikasi antara lain, layanan pendidikannya memang gratisan dan ini memang berbiaya murah bahkan murahan dan jangan tanya soal mutunya, naaah kalau pendidikan yang bermutu tinggi itu biayanya pasti mahal”. Beliau lalu lebih serius mendengarkan perkataan saya, dan saya juga lebih serius menjelaskannya “saya dan bapak, tentu tak akan rela menyekolahkan anak-anak kita pada sekolah yang gratisan alias murahan, apalagi dengan prinsip lebih baik sekolah gratisan (sekolah-sekolahan yang murah meriah dan tak jelas juntrungan mutunya) daripada tidak sekolah”.
Lanjut saya kemudian “semestinya kita ini berani menciptakan program pendidikan yang bermutu tinggi bagi anak bangsa, secara berkeadilan, artinya anak orang kaya silahkan bersekolah di sekolah manapun yang dianggap berkualitas dengan biaya sesuai mutu layanannya, sementara anak orang miskin juga dijamin oleh Negara (pemerintah) untuk memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi juga”. Akhir pertemuan saya dengan pak Yacob diakhiri dengan undangan beliau untuk bertandang di tempat kerjanya di Jl Gatot Subroto, untuk ngobrol atau diskusi lebih lanjut.

Sekarang pertanyaannya prinsip keadilannya terletak dimana? Jawabannya terletak pada kesetaraan dan pemerataan dalam memperoleh pendidikan yang bermakna sesuai kebutuhan peserta didik untuk survive, di setiap event kompetisi masa depannya. Kalau begitu perlu sistem subsidi pendidikan yang bermutu tinggi? Lha kan sudah bejibun (bertumpuk-tumpuk) program-program subsidi pendidikan yang diglontorka ke sekolah, seperti BIS-nya di BOMM (BIS = Bantuan Imbal Swadaya Sekolah, BOMM=Bantuan Operasional Manajemen Mutu Sekolah) dan sekarang BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Memang tidaklah adil kalau anak orang miskin di Republik ini harus menerima nasib bersekolah dengan layanan setingkat gratisan dan sekolah-sekolahan daripada tidak sekolah, karena mereka memang memiliki hak yang sama serta dilidungi oleh undang-undang agar memperoleh layanan yang setara dengan anak bangsa yang lainnya.
Pada forum Seminar Nasional Universitas Terbuka “Kontribusi Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), 10 Maret 2008 di ruang sidang 2 Kampus UT Pondok Cabe, saya menolak statemen salah satu nara sumber (Prof.Urip) yang menyatakan perlunya “Pendidikan Berkualitas Untuk Semua” karena jelas menyinggung rasa keadilan bagi si miskin. Padahal tujuan dari MDGs sendiri berpihak pada orang miskin dengan peluang pendidikannya yang lebih baik (bermutu tinggi).Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saja sampai membebaskan kredit macet dari para petani miskin, untuk memberi perimbangan rasa keadilan karena penerima kredit yang milyar dan trilyunan rupiah kasus BLBI (akan) “dibebaskan” dari tangungan “pembayarannya”.
Tadi malam saya membuka portal http://www.depdiknas.go.id dan memperoleh informasi aktivitas Bapak Presiden di bulan Februari 2008 yang lalu, menyangkut masalah pendidikan yang berkeadilan ini.
Pemerintah saat ini berkeinginan memberikan layanan pendidikan gratis, yang bermutu (tinggi) untuk masyarakat miskin, sedangkan yang kaya silahkan mencari dan memilih sendiri lembaga pendidikan sesuai dengan selera mereka. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan perhatian khusus terhadap pembangunan pendidikan di Indonesia dan mengemukakan program pendidikan 3M (mutu, murah, merata). Program 3M merupakan pembangunan pendidikan yang bermutu, murah, dan gratis bagi orang miskin. Selain itu, dikembangkan pula pendidikan yang merata dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat di tanah air. Hal itu diucapkan belaiu di dalam forum Rapat Evaluasi Program Prioritas Depdiknas 2007-2008 yang berlangsung tanggal 6 Februari 2008 di ruang Bhirawa Hotel Bidakara Pancoran Jakarta. Saya langsung “sumringah” (berwajah riang dan berharap positif) dengan program ini, karena anak orang miskin akan memperoleh haknya berprestasi di dalam rumah pendidikan sekolah, sesuai dengan potensi diri pemberian penciptaNYA. Tak seorangpun diantara kita yang boleh mengebiri hak azasi setiap hamba Tuhan untuk memanfaatkan peluang masa depannya, sesuai dengan esensi seluruh kecerdasan bawaannya.
Sungguh menggembirakan bilamana program ini terealisir secara nasional, mungkin melalui desain “Pajak Pendidikan yang menempel pada Pajak Bumi dan Bangunan atau PBB warga”, atau Pajak penghasilan dan pendapatan lainnya.

Namun sampai sekarang, mengapa anak-anak orang miskin bahkan yang sudah tidak miskin-pun masih banyak yang belum menerima layanan pendidikan berkualitas tinggi tersebut?. Bahkan indikator Human Development Indeks (HDI) kita masih terus merangkak satu demi satu di peringkat di atas 100 pada setiap tahunnya?. Bahkan peringkat Perguruan Tinggi kita menurut Times Higher Education Suplement (THES) di tahun 2007 lalu melorot lagi, padahal dari 500 perguruan tinggi terbaik di dunia, kita hanya memiliki 3 perguruan tinggi yang masuk peringkat 250 -300 dunia (UI, UGM dan ITB), dan 1 perguruan tinggi (UNDIP) berperingkat di atas 490 dunia?.
MasyaAllah, padahal tahun 1994 saat saya menjalani bea siswa ketiga di Universitas Gadjah Mada (UGM), dosen perdanya mengatakan “berbahagialah saudara memperoleh kesempatan berkuliah di UGM yang memiliki peringkat 16 dunia”, dan saat itu ITB juga meraih peringkat 15 diantara lembaga pendidikan tinggi teknik didunia.
Ada apa di rumah pendidikan yang bernama sekolah?. Padahal otoritas mutu (yang tinggi) sudah dilimpahkan sampai ke tingkat sekolah melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) nya.
Sungguh saya tidak habis mengerti dengan lilitan benang ruwet kondisi pendidikan kita ini. Namun kita tidak boleh menyerah, karena masalah tersebut adalah bagian dari UJIAN TUHAN kepada bangsa ini untuk survive di masa datang. Benar adanya ujian adalah hak kita yang harus kita hadapi, agar kita memperoleh peluang dan kesempatan yang lebih tinggi saat selesai dan lulus ujian sebelumnya.
Karena tidak ada kata yang lebih tepat untuk menyatakannya maka saya akan mengajak untuk secara bersama memberikan kontribusi bagi penyelesaian masalah mutu pendidikan secara berkeadilan ini, sesuai dengan kapasitas proporsional diri kita, di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Ya Tuhan jangan Engkau timpakan ujian, yang kami tidak mampu memikulnya”.
Namun yakinlah bahwa kita dapat berbuat adil kepada sesama hamba Tuhan yang lain, paling tidak dalam memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu tinggi, terutama kepada mereka yang miskin, karena yang kaya bisa mencari sendiri dengan fasilitas Negara yang mereka terima sehingga mereka menjadi kaya. Itulah esensi berkeadilan dalam pendidikan yang harus kita jalankan.

Darsana Setiawan
Cijantung senin pagi, 17 Maret 2008

12 Maret 2008

UJIAN


Pagi-pagi seperti biasa, acara saya nonton TV dimulai dengan menikmati acara Mama dan Aa “curhat doong” di chanel Indosiar dengan tema curhatnya adalah “sombong?, ke laut saja”.
Secara spesial yang melekat di benak saya pagi tadi adalah ungkapan Mama Dedeh (Ustadzah Dedeh), bahwa setiap manusia akan menerima ujian dari Allah dan tinggal bagaimana cara kita menyikapi atau memaknai ujian tersebut. Ada dua macam ujian yaitu ujian yang “hasanah” dan ujian yang “syaiah”. Termasuk di dalam peristiwa ujian “syaiah” misalnya musibah sakit, usaha bangkrut, ditipu orang, kecelakaan, bencana dan sebagainya.
Kemudian Mama Dedeh berkata kalau ujian yang “hasanah” contohnya antara lain “naik pangkat dan jabatan gratis”, atau “dapat penghargaan dan pujian gratiiis”, atau “dapat istri gratiiis”, atau “dapat rumah baru gratiiis”. Semula saya tersenyum simpul sendiri saat mendengar ungkapan “dapat istri gratis”, namun setelah saya “cerdasi” sendiri, ternyata benar adanya.

Memiliki seorang istri atau suami bagi setiap hamba Allah adalah ujian, dan bisa jadi ujian yang “syaiah” atau ujian yang “hasanah” tergantung dari kenyataan yang kita hadapi di dalam rumah tangga masing-masing.
Setelah berumah tangga 32 tahun lamanya, saya baru menyadari betul, bahwa apapun keadaannya bagi setiap suami atau istri, memiliki pasangan hidup itu adalah juga ujian dari Allah SWT, agar dapat berbakti serta tetap mencintaiNya.
Banyak yang tidak memahami masalah ini, sehingga seringkali merespon ujian (terutama yang “syaiah”) dengan kemarahan, kekesalan, umpatan, keluhan, kekerasan, penghianatan bahkan dengan hujatan tidak saja kepada pasangannya, akan tetapi juga banyak yang mengalamatkan kepada Sang Pemberi Ujian yaitu Allah Swt.
Astaghfirullahaladziim, mungkin saya dan anda pernah melakukannya, karena ketidakfahaman atau keterbatasan akan adanya ujian yang diberikan Sang Maha Kasih kepada hambaNya. Namun tidak perlu berkecil hati, karena saat saya dan anda (kita) tidak lulus pada ujian yang satu, maka dihadapan kita telah disajikan ujian berikutnya, sehingga kita memperoleh peluang untuk selalu meningkatkan kualitas (Quality improvement) keimanan kita.
Dan janganlah pernah berpikir bahwa saat kita mampu menghujat setiap ujian yang datang, maka ujian berikutnya akan berhenti menghampiri kita. Kalau ujian diposisikan seperti ini, maka ujian menjadi hak dari manusia, sehingga sifat keadilan dan kesetaraan pemberian Allah, dapat dinikmati oleh setiap hamba Allah, siapapun dia, setinggi apapun jabatan atau pangkatnya, sekaya apapun harta duniawinya, dan last but not least sepandai atau secerdas apapun otak bagian kirinya (lobus sinestri cerebrum).
Oleh karena itu hendaknya kita tidak terpeleset untuk menggunggat ujian yang menjadi hak kita sendiri.
Akan lebih baik manakala mensikapi setiap ujian yang diterima, menjalaninya dengan sabar, ikhlas, tawakal, amanah dan senantiasa mensyukuri datangnya ujian tersebut.
Di dalam pengajian malam jum’at (tadi malam) pak Ustadz mengatakan bahwa sifat yang pandai mensyukuri pemberian (ujian) Allah, disebut dengan “syakiir” sedangkan sifat yang lebih dan lebih lagi mensyukuri nikmat Allah, disebut dengan “syakur”.
Identitas hamba Allah yang “syakur” dapat dilihat dari sikapnya saat menghadapi ujian Allah, misalnya mendapatkan penyakit, kemudian dari hasil evaluasi diri (self evaluation) seseorang mampu mensyukuri datangnya sakit tersebut, bukan sebagai malapetaka, akan tetapi sebagai peringatan Allah, bahwasanya Allah tetap memberikan perhatian dengan segenap cintaNya kepada kita.

Rasa syukur yang terungkap dari seorang hamba yang “syakur” tercermin secara otomaticly dari style bicaranya, isi pembicaraannya, bahkan sampai pada mision dari buah pikirannya.
Subhanallah, Maha Suci Allah.

linkblog
http://omson.blogspot.com/
http://edukasipress.wordpress.com/
http://darsanas.multiply.com/
http://padangerino.blogspot.com/

Cijantoeng tiga, saat sepi di rumah, 7 Maret 2008.
darsana setiawan

04 Maret 2008

PERKEMBANGAN PSIKOLOGI REMAJA


Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Setiap tahapan usia seseorang, selalu melewati tahap tugas-tugas perkembangan-nya.
Bila seseorang gagal melewati tugas perkembangan pada usia yang sebenarnya (sesuai dengan usia kalender-nya), maka pada tahap perkembangan berikutnya akan terjadi suatu masalah pada diri seseorang tersebut. Untuk mengenal lebih jauh tentang kepribadian remaja perlu diketahui tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan tersebut antara lain:

1. Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif
Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu. Misalnya si Ani merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film, maka Ani akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Ani yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin Ani akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga lama-kelamaan Ani tidak memiliki teman, dan sebagainya.

2. Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orangtua
Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku "pemberontakan" dan melawan keinginan orangtua. Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat diselesaikan di rumah , maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di luar rumah. Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari luar orangtua sehingga remaja justru lebih percaya pada teman-temannya yang senasib dengannya. Jika orangtua tidak menyadari akan pentingnya tugas perkembangan ini, maka remaja Anda dalam kesulitan besar.

3. Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin
Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan. Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses memasuki tahap perkembangan ini. Ada sebagaian besar remaja yang tetap tidak berani bergaul dengan lawan jenisnya sampai akhir usia remaja. Hal tersebut menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam tugas perkembangan remaja tersebut.

4. Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri
Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat menjawab tentang kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja akan menjadi masalah untuk tugas perkembangan selanjutnya (masa dewasa atau bahkan sampai tua sekalipun).

5. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma
Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari bintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti siapakah "aku" ?, sehingga hal tersebut dijadikan pegangan dalam mengendalikan gejolak dorongan dalam dirinya.

Selain tugas-tugas perkembangan, kita juga harus mengenal ciri-ciri khusus pada remaja, antara lain:
- Pertumbuhan Fisik yang sangat Cepat
- Emosinya tidak stabil
- Perkembangan Seksual sangat menonjol
- Cara berfikirnya bersifat kausalitas (hukum sebab akibat)
- Terikat erat dengan kelompoknya

Secara teoritis beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang batas-batas umur remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini adalah masa peralihan. Dari kesimpulan yang diperoleh maka masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu:

1. Periode Masa Puber usia 12-18 tahun
a. Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Cirinya:
- Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
- Anak mulai bersikap kritis

b. Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:
- Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
- Memperhatikan penampilan
- Sikapnya tidak menentu/plin-plan
- Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib

c. Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen. Cirinya:
- Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya
- Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria

2. Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun
Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
- Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
- Mulai menyadari akan realitas
- Sikapnya mulai jelas tentang hidup
- Mulai nampak bakat dan minatnya

Dengan mengetahui tugas perkembangan dan ciri-ciri usia remaja diharapkan para orangtua, pendidik dan remaja itu sendiri memahami hal-hal yang harus dilalui pada masa remaja ini sehingga bila remaja diarahkan dan dapat melalui masa remaja ini dengan baik maka pada masa selanjutnya remaja akan tumbuh sehat kepribadian dan jiwanya.
[sumber :www.iqeq.web.id]

PEMBELAJARAN


Yang membedakan antara kurikulum 2006/BSNP/berbasis kompetensi (KBK) dengan kurikulum sebelumnya adalah adanya partisipasi masyarakat dan pemerintah daerah di dalam menjabarkan materi kurikulum yang bersifat nasional melalui silabus dan KTSP, serta penilaian hasil belajar dari seluruh (3) aspek belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.KKM (kompetensi Ketuntasan Minimal) walaupun menjadi otoritas Guru di sekolah, namun pada akhirnya juga harus memenuhi SKL (Standar Kompetensi Lulusan) BSNP/Pusat.

Di dalam kurikulum ini (KBK), silabus adalah isi kompetensi dan elaborasi (uraian dan rincian) materi pelajaran, pembelajaran dan penilaian serta pengalokasian waktu yang disusun sesuai dengan (jenjang perkembangan siswa) pada semester dan kelas masing.

MEMENUHI STD ISI MEMENUHI STD KELULUSAN
--->

Permen 22 STANDAR PROSES permendiknas 23
STANDAR SAR-PRAS
STANDAR PENILAIAN
STANDAR BIAYA
STANDAR PELAYANAN
STANDAR SDM
STANDAR PENGELOLAAN ....
...............(permendiknas no. 24 tahun 2006)........................

PEMBELAJARAN ADALAH SUATU SISTEM YANG DI DALAMNYA
TERDAPAT KOMPONEN-KOMPONEN SUB-SISTEM SEPERTI GURU, SISWA,
PESAN, BAHAN, ALAT, TEKNIK, MANAJAMEN PENGELOLAAN KELAS DAN LINGKUNGAN BELAJAR YANG KESEMUANYA BERPERAN SEBAGAI "INSTRUMENTAL INPUT". SETIAP KOMPONEN HARUS
BERINTERAKSI SATU DENGAN YANG LAIN UNTUK MENDUKUNG PROSES PEMBELAJARAN SEHINGGA MAMPU MENCAPAI TUJUAN PEMBELAJARAN.

SUATU PEMBELAJARAN HARUS DIRANCANG TERLEBIH DAHULU (ADA BLUE PRINT), SEHINGGA DALAM PRAKTIKNYA SAMA SEPERTI SEBUAH BANGUNAN HARUS DIRANCANG TERLEBIH DAHULU SEBELUM DIBANGUN. Untuk itu diperlukan DESAIN PEMBELAJARAN.

DISAIN PEMBELAJARAN ADALAH PROSES SISTEMATIK DALAM MERANCANG PERISTIWA PEMBELAJARAN (INSTRUCTIONAL EVENTS) SEDEMIKIAN RUPA SEHINGGA
KOMPONEN- KOMPONEN (SUB-SISTEM) PEMBELAJARAN DI ATAS SALING BERINTERAKSI,UNTUK MENCAPAI TUJUAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DAN EFISIEN

03 Maret 2008

PENILAIAN KELAS / CLASSROOM ASSESMENT


Pengertian Penilaian Kelas

Adalah wajar setiap guru ingin mengetahui kemajuan hasil belajar siswanya sebagai hasil kegiatan PEMBELAJARAN. Berbagai kegiatan dilakukan oleh guru untuk mengumpulkan informasi guna menentukan kemajuan belajar (prestasi) belajar siswanya. Untuk menaksir prestasi siswa, guru melakukan penilaian dengan "membaca" apa yang telah dilakukan para siswa, mengamati kinerja mereka, mendengarkan apa yang mereka katakan, dan pada umumnya memakai indera untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Pengumpulan informasi dapat dilakukan dalam suasana formal atau pun informal, di dalam atau di luar jam pelajaran (khususnya yang berkaitan dengan pendidikan nilai), baik melalui tes maupun non‑tes, dan terintegrasi di dalam proses pembelajaran (di awal, di tengah atau di akhir prosaes pembelajaran)
Penilaian prestasi belajar (achievement test) sering dilakukan melalui tes, tetapi tidak selalu melalui tes. Guru sering menggunakan tes dengan alasan kepraktisan, karena tes sebagai penilaian terencana diselenggarakan dalam situasi khusus untuk memberi peluang dan atau menciptakan kesempatan kepada para peserta didik untuk memperlihatkan prestasi mereka dalam kaitannya dengan tujuan pembelaran yang telah ditentukan di dalam Standar Isi (SI) serta Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
Bilamana informasi tentang prestasi belajar siswa dianggap cukup terkumpul, guru perlu melakukan penilaian terhadap prestasi siswa (kompetensi yang telah dicapai), apakah siswa telah mencapai tujuan pembelajaran (mencapai SKL) yang telah ditetapkan dan memenuhi syarat untuk maju ke tingkat lebih lanjut atau harus mengulang dan atau memperbaiki kompetensi (remediasi). Hasil penilaian yang baik memudahkan guru untuk menentukan apakah seorang siswa harus diberi pengayaan (enrichment) atau perbaikan (remediasi/), di samping untuk mendiagnosis serta memperbaiki program, kegiatan pembelajaran, bahan/buku pelajaran, dan silabus.
Penilaian kelas tidak hanya meliputi pengumpulan informasi tentang prestasi belajar siswa (achievement) akan tetapi juga menyangkut tentang unjuk kerja (performance) dan tingkah laku siswa melalui:
1.Penyediakan informasi tentang faktor‑faktor fisik, sosial, dan emosional yang melandasi unjuk kerja siswa;
2.menilai sikap siswa dalam belajar; menilai pengetahuan yang dicapai siswa;
3.menilai keterampilan dasar (basics skills) dan keterampilan‑keterampilan lain yang dikuasai siswa;
4.menentukan kesulitan‑kesulitan belajar tertentu yang dihadapi siswa; menilai kemampuan siswa bekerja secara individual;
5.menilai kemampuan siswa bekerja sama;
6.menilai perkembangan berpikir siswa;
7.menilai sistem nilai‑nilai (value)yang sedang berproses dalam pribadi siswa; dan mengindentifikasi minat‑minat siswa.
8.memantau perkembangan kompetensi atau tercapainya Indikator Pencapaian Belajar.
9.membantu dalam membuat keputusan tentang belajar‑mengajar
10.menyediakan informasi perkembangan siswa dari waktu ke waktu: dalam suatu mata pelajaran.
11.melaporkan kemajuan belajar kepada siswa clan orang tua.

Pada umumnya penilaian kelas TIDAK digunakan untuk:
a. membuat keputusan tentang masa depan (yang dapat menentukan nasib anak) secara individual; atau
b. menyediakan informasl untuk keperluan perbandingan hasil belajar, baik secara nasional maupun internasional

02 Maret 2008

KULIAH PERDANA (1) EVALUASI


PENDAHULUAN
Hampir dari seluruh aktivitas kita tidak pernah lepas dari persinggungan dengan proses "pengukuran, penilaian" (evaluasi) dan pengambilan keputusan. Walaupun seringkali seseorang melakukan pengambilan keputusan melalui jalan pintas (potong kompas), dengan cara "gambling" (untung-untungan) tanpa didahului dengan pengukuran dan penilaian (evaluasi). Apabila kebiasaan berpikir dan bertindak seseorang didominasi oleh sikap "gambling", yang hanya berlandaskan akal sehat semata (common-sense) dan mengabaikan metode berpikir ilmiah, maka resiko kesalahan dari pengambilan keputusan pada kinerja kolektif, akan semakin besar. Memang pada kinerja individual yang bersifat "internal" masih akan tetap dipengaruhi oleh instink, perasaan serta naluri dan kebiasaan.
Saat menetapkan pilihan melalui pengambilan keputusan, sebaiknya didahului dengan aktivitas "pengukuran, penilaian" (evaluasi), kemudian baru ditindak lanjuti dengan pengambilan keputusan.
Untuk memudahkan pemahaman tentang istilah-istilah tersebut, berikut dijelaskan dengan deskripsi;
1. PENGUKURAN (versi psikometri) : Adalah upaya untuk memperoleh data kuantitatif dari perkembangan proses pembelajaran secara (kognitif, afektif dan psikomotor/sensorimotor) dengan menggunakan alat ukur sebagai standar pembanding (bensmarck standardize).Hasil ukurnya akan sesuai dengan kaidah alat ukur standar manakala digunakan sesuai dengan prosedur spesifikasi tuntutan alat ukur itu sendiri. Perlu diingat bahwa setiap alat ukur memiliki kekurangan atau keterbatasan.contoh ; untuk mengukur panjang, kita di Indonesia telah bersepakat menggunakan alat ukur standar "meter" (milimeter, centimeter, desimeter ....kilometer ...dst-nya).Untuk mengukur berat, kita sepakat menggunakan standar ukur "gram" ( satu ons gram = 100 gram, satu kilo gram = 1000 gram, satu ton gram = 10.000 gram...dst-nya).
Untuk mengukur suhu kita sepakat menggunakan derajat Celsius, walaupun bisa juga kita gunakan derajat Reamur, Farenheit atau Kelvin.
Masyarakat Eropa menggunakan standar ukur panjang "feed", bahkan ukuran panjang masyarakat pedalaman kita sering digunakan "depa" atau "hasta" dari rentangan kedua tangannya . Masyarakat tradisonal kita menggunakan standar ukur berat "dacin" bahkan yang lebih sederhana hanya dibandingkan dengan berat "batu" yang dikermatkan, untuk menimbang beras/gabah.
Terhadap penggunaan alat ukur yang berbeda tidaklah menjadi masalah, karena bila kita ingin melakukan penyetaraan, cukup kita lakukan KALIBRASI. Celsius memutuskan untuk menggunakan skala temperaturnya sendiri, dia menentukan titik didih pada 0 °C (212 °F) dan titik beku pada 100 °C (32 °F). Satu tahun kemudian Frenchman Jean Pierre Cristin mengusulkan versi kebalikan skala celsius dengan titik beku pada 0 °C (32 °F) dan titik didih pada 100 °C (212 °F). Dia menamakannya Centrigade.Pada akhirnya, Celsius mengusulkan metode kalibrasi termometer sbb:
a. Tempatkan silinder termometer pada air murni meleleh dan tandai titik saat cairan di dalam termometer sudah stabil. ini adalah titik beku air.
b. Dengan cara yang sama tandai titik di mana cairan sudah stabil ketika termometer ditempatkan di dalam uap air mendidih.
c. Bagilah panjang di antara kedua titik dengan 100 bagian kecil yang sama.


SISI PANDANG FISIKA & TEKNIK tentang pengukuran :Tulisan berikut bersumber dari http://www.wikipedia.org/ membahas tentang macam-macam alat ukur menurut versi ilmu alam (fisika);Dalam fisika dan teknik, pengukuran adalah aktivitas yang membandingkan kuantitas fisik dari objek dan kejadian dunia-nyata. Alat pengukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur benda atau kejadian tersebut. Seluruh alat pengukur terkena error peralatan yang bervariasi.Fisikawan menggunakan banyak alat untuk melakukan pengukuran mereka. Ini dimulai dari alat yang sederhana seperti penggaris dan stopwatch sampai ke mikroskop elektron dan pemercepat partikel. Instrumen virtual digunakan luas dalam pengembangan alat pengukur modern.MassaKeseimbanganpenimbang beratSpectrometer massakatharometerSejarah berat dan pengukuranWaktukalendarchronometerjamjam atompenanggalan radiometrikGaris waktu teknologi pengukuran waktuPanjang (misal, kejauhan)altimeter (mengukur ketinggian)skala arsitekskala teknisiinterferometermikrometerpi tapeodometeropisometerpenggaristape measurelaser rangefinderultrasound distance measureGPSElectronic distance meterLuasplanimeterSudutsextanttheodoliteprotractorSuhuthermometerthermocouplethermistorpyrometerelectromagnetic spectroscopyKelembabanhygrometerTekananbarometermanometerPitot tube (used to determine speed)anemometer (used to determine wind speed)tire-pressure gaugeAliranpHLevelaltimeter (mengukur ketinggian)spirit levellaser line levelDumpy levelTiltmeterRadiasigeiger counterNichols radiometerSuaraCahayaPhotometerSpectrometerKecepatanspeedometerairspeed indicatorTorqueDe Prony brakeSifat listrikelectrometer (mengukur muatan)ammeter (mengukur arus listrik)galvanometer (mengukur arus)ohmmeter (mengukur hambatan)voltmeter (mengukur voltase)Wheatstone bridgemultimeter (mengukur semua di atas)oscilloscopewatt meter (mengukur power)electric energy meter (mengukur energi)KekerasandurometerKepadatanPycnometerTidak terkategorisasicolorimeter (mengukur absorbance, dan juga konsentrasi)radiometrysicroscopespectroscopy.
Hasil ukur dalam pendidikan dapat berupa :SKOR (SCORE), HASIL PENGAMATAN dll.
2. PENILAIAN untuk kepentingan pendidikan ;
Penilaian merupakan upaya memaknai hasil pengukuran secara kualitatif
Penilaian yang baik seharusnya didasari dari hasil Pengukuran yang juga baik.
3. PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENDIDIKAN
Ketentuan yang berdampak terhadap peserta didik maupun institusi, berdasar pertimbangan hasil PENILAIAN (baik secara administratif maupun teknis) yang diambil oleh pemilik otoritas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Ada hubungan antara pengambilan keputusan dengan penilaian dan pengukuran. Kemudian dimana letak hubungan ketiganya dengan Evaluasi?. Jawabannya ada di dalam deskripsi evaluasi berikut ini.
4. Evaluasi adalah upaya untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya "sesuatu", (di dalamnya terdapat aktivitas pengukuran dan penilaian) untuk tindak lanjut dari informasi yang diperoleh dalam menentukan "alternatif" keputusan yang akan diambil.
Secara sistematis hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut;
objek pilihan -->pengukuran-->penilaian-->pengambilan keputusan.
(......evaluasi......)
TUGAS 1: ditulis pada weblog masing-masing, jangan lupa mengirim alamat blog anda via e-mail ke darssetia@yahoo.co.id atau darsanatasiun@gmail.com .
1. Carilah teori tentang evaluasi, penilaian dan pengukuran serta pengambilan keputusan dari sumber lain (sebut dan tuliskan sesuai kaidah daftar pustaka).
2. Carilah perbedaan antara Evaluasi Proses Pembelajaran dengan Evaluasi Program Pendidikan.

BACAAN PEMBUKA


Blog ini disajikan menjadi wahana interaksi aktif secara WAJIB bagi para mahasiswa saya, yang mengikuti perkuliahan EVALUASI dan PEMBELAJARAN pada periode semester genap tahun 2008.

Setiap mahasiswa tidak saja WAJIB memiliki dan mengaktifkan e-mailnya, akan tetapi sekaligus WAJIB memiliki WEBLOG SENDIRI, yang selain aktif untuk digunakan menjawab tugas-tugas mata kuliah, juga HARUS AKTIF dapat digunakan untuk interaksi secara virtual dengan mahasiswa maupun masyarakat lain yang lebih membutuhkan.

Selain nilai-nilai tugas yang berbobot 25%, maka proses diskusi virtual yang terjalin via blog akan memperoleh peluang nilai sampai berbobot 25% juga.

Last but not least, Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) memiliki prasayarat kehadiran dalam perkuliahan lebih dari 80% atau kalau UAS harus hadir lebih dari 10 kali tatap muka.

Kesepakatan ini menjadi sah, manakala mahasiswa saya telah mengirimkan balasan e-mail ke alamat saya yaitu : darssetia@yahoo.co.id atau darsanatasiun@gmail.com/ dan mengirim tulisan tanda setuju, dengan mengklik komentar di pojok kanan bawah artikel.